Sekarang umurnya sudah genap 17
tahun. Empat tahun lebih berlalu semenjak itu. Hubungan yang dijalin itu memang
telah berakhir tiga tahun yang lalu, saat Nadila memutuskan untuk berpisah dengan
Adi. Waktu saat Nadila mulai memasuki bangku SMA. Pemikiran yang dewasa memang saat
itu, Nadila berpikir bahwa dia tidak begitu lagi mencintainya.
Ternyata perpisahan waktu itu bukan pilihan
yang tepat. Tanpa Nadila sadari dihatinya masih ada Adi, cinta pertamanya. Mungkin
karena tidak terlalu besar cintanya pada Adi, Nadila pun seolah acuh pada
hatinya yang mengatakan dia masih mencintai Adi. Dan Nadila pun menjalin hubungan
dengan Naldi, seseorang yang pada akhirnya membuat Nadila menunggu sangat lama,
seseorang yang seolah mempermainkan Nadila dan seseorang yang membuat Nadila menyesal
telah mengabaikan perasaan bahwa Nadila masih mencintai Adi, cinta pertamanya. “Tidak
tidak, itu bukan sebuah penyesalan yang pantas disesali”, ucap Nadila dalam hati.
Dan untuk ketiga kalinya, Nadila kembali
menjalin hubungan dengan orang lain. Untuk menutupi perasaannya kepada cinta pertamanya.
Tapi, Nadila seperti menjadi orang jahat waktu bersamanya, selalu melakukan tindakan
sesukanya. Nadila seolah melampiaskan perasaannya pada Firman. Tapi mengapa Firman
teramat baik untuk itu? Nadila hanya tak ingin kembali menyakiti oleh karena sifatnya
yang seperti ini. Mungkin memang Nadila aneh, tapi dibalik itu semua Nadila menyayanginya.
Nadila tidak terlalu mempercayai cinta.
Karena Nadila juga dibesarkan dikeluarga yang tidak terlalu banyak cinta. Nadila
mungkin seorang yang kesepian, seorang yang hanya bias memendam semuanya sendiri.
Bagaiamana dengan orang yang dia sebut sahabat? Berpikir mereka memiliki masalahnya
masing-masing, itu tak masalah jika Nadila tidak begitu mau berbagi masalahnya.
Hari-hari Nadila dijalani dengan selalu
berharap bahwa esok akan lebih baik. Selalu berusaha menunjukkan bahwa hidupnya tidak memiliki masalah
dan Nadila orang yang paling bahagia di dunia ini serasa melelahkan. Semuanya kebohongan.
Saat hatinya merasa lelah dengan semua ini, saat itu pula Nadila selalu merindukannya.Dia
yang biasanya menyandarkan bahunya untuk Nadila saat Nadila merasa sedih. Dimana
dia saat ini? Mengapa Nadila terlambat menyadari bahwa dia teramat berarti untuknya.
Otak Nadila menjadi bingung saat Nadila
memikirkan mengapa Nadila bersedih saat mengetahui Adi sudah memiliki kekasih baru
dan sangat senang jika suatu hari dia berpisah dengan kekasihnya itu. Ada apa dengan
Nadila? Padahal jelas-jelas Nadila mengatakan Nadila tidak begitu menyukainyalagi.
Tapi, mengapa saat Adi menatapnya, Nadila seolah masih bergetar? Adi, cinta pertamanya,
mengapa sekarang Adi menjadikan Nadila orang yang egois? Nadila hanya ingin Adi
mencintainya, Nadila hanya ingin hanya Nadila dihidupnya padahal cintanya sendiri
tak sepenuhnya untuk Adi, hatinya bahkan sekarang seolah mengatakan Nadila mecintai
Firman. Tapi, mengapa Adi seolah abadi di dalam hati Nadila?
Hingga suatu saat Firman yang ia cintai
itu memilih pergi meninggalkannya. Nadila merasa sedih, hatinya seolah hancur. Firman
mengapa seenaknya dating pergi, mengapa Firman memperbaiki hatinya dan kemudian
menghancurkan hatinya Nadila? Dan Firman, itu telah menjadi orang yang penting
di hidupnya Nadila. Otak Nadila tidak begitu hebat untuk bias mengerti hati,
bahkan tentang perasaan ini masih sulit ia mengerti. Saat Nadila mengatakan Nadila
mencintai Firman, tapi dihatinya juga menegaskan bahwa disisi lain nama Adi itu
masih belum hilang.
Adi kembali mengatakan bahwa dia masih
mencintai Nadila. Kata-kata itu seperti menjadi alas an Nadila tersenyum namun tidak
begitu Nadila indahkan. Nadila buat dia menunggu, padahal Nadila tau jawaban hati
yang tak bias menerimanya lagi. Ya, sampai suatu saat Firman yang begitu Nadila
cintai itu dating kembali. Entah karena Nadila bodoh atau apa, Nadila meyambutnya
dengan penuh senyuman dan kebahagiaan. Nadila meninggalkan “cinta pertamanya” karena
Firman. Tanpa berpikir apa yang akan terjadi padanya. Tapi dia tidak pernah bosan
datang dan datang lagi kepadanya dan Nadila pun selalu menolaknya.
Hingga suatu ketika Adi dating lagi kepada
Nadila. Tapi, bukan untuk mengatakan “aku mencintai Nadila” melainkan orang
lain. Dada Nadila pasti terasa sesak saat itu dan hatinya seakan sakit. Bagaimana
mungkin Nadila seperti itu? Mengapa Nadila begitu egois. Tidak selamanya Adi akan
selalu mencintainya, tidak selamanya Adi rela menunggu. Nadila hanya bias menahan
tangis dan mengatakan “Berbahagialah, aku tau suatu saat nanti kamu pasti menemukan
orang yang lebih dari aku”. Adi hanya membalas dengan senyum, dan Nadila melanjutkan
dalam hatinya “tapi, bisakah walaupun kau mencintai orang lain saat ini, aku
akan selalu ada dihatimu itu dan selalu abadi disitu”…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar